Udah waktunya kita untuk melek dan berubah menjadi orang yang lebih baik.

 

Udah lima tahunan gue nulis buat Provoke! dan mungkin ini tulisan gue yang paling penting.

Dan jujur, sebelum gue nulis ini gue banyak dilema. Gue takut. Bukan takut dikatain SJW sama orang-orang. Kalo ini mah bodo amat. Gue lebih takut kalo misalnya gue salah tafsir. Jangan-jangan emang guenya aja yang terlalu sensitif.

Tapi setelah akhirnya diskusi sama temen-temen dan baca tulisan keren ini dari The Cheesy Popcorn gue akhirnya merasa perlu ikutan nulis. Bukan karena tulisan yang ditulis oleh Dara Tri Alia di The Cheesy Popcorn kurang komplit, tapi gue mau ngeluarin unek-unek gue aja. Dan nggak ada salahnya juga nyebarin informasi yang tujuannya untuk kebaikan bersama.

“Apaan sih, Can? Kayaknya serius banget?”

via GIPHY

Iya emang agak serius. Tapi mari kita mulai dengan santai dulu.

Kita akan membahas film Antologi Rasa.

Diangkat dari novel best-seller dari Ika Natassa, Antologi Rasa adalah sebuah drama percintaan antara manusia-manusia rupawan yang nggak punya masalah ekonomi seperti kita para netizen miskin. Masalah mereka lebih rumit dari itu. Masalah mereka adalah cinta segi empat.

Jadi kalo lo merasa pusing karena adek lo Whatsapp lo minta duit buat bayaran sekolah dan lo cuman megang 200 ribu, ingatlah film ini. Karena mbak-mbak cantik dan mas-mas tampan ini nggak bisa tidur setiap malam karena cinta mereka nggak pernah mereka rengkuh. Sedih akutuw.

Yang pertama ada Harris.

Harris (diperankan oleh Herjunot Ali) naksir sama Keara. The catch? Harris adalah playboy terkenal sekaligus sahabat Keara. Keara udah nganggep Harris temen banget sehingga dia nggak ada feeling sama sekali dengan si Harris.

Yang kedua ada Keara.

Keara (diperankan oleh Carissa Perusset) adalah seorang gadis yang bucin banget sama yang namanya Ruly. Keara adalah gadis super cantik, berduit (bisa nonton F1 yang harganya katanya sama kayak beli satu motor) dan melek pop culture. Dia tahu musisi mana yang kece dan filmmaker mana yang patut disimak. Doski juga suka nongkrong di tempat-tempat fancy.

Yang ketiga ada Ruly.

Ruly (diperankan oleh Refal Hady) adalah lawannya Harris. Kalo Harris playboy anjing, Ruly sebaliknya. Abis dia nganterin Keara dan Harris mabok sampe jackpot, Ruly malah buka sajadah dan sholat subuh. Subhanallah. Sungguh adem hati ini membaca/melihatnya. Sayangnya Ruly nggak pernah ngeh sama kehadiran Keara karena dia bucin sama Denise.

Denise (diperankan oleh Atikah Suhaime) adalah… istri orang?

Jujur gue nggak baca bukunya sampe selesai dan Denise di film hanyalah karakter yang cuman sekilas aja munculnya. Yang gue tau adalah 1. dia udah punya suami, 2. dia masih sering gangguin Ruly sampe akhirnya Ruly bucin sama dia dan 3. ada adegan di mana dia sakit yang akhirnya bikin Ruly jenguk dia terus-terusan dan bikin Keara broken heart.

“Aku punya suami tapi ya gak papa juga kalo cowok kayak Refal Hady jagain gue.”

“Kenapa ya gue cantik-cantik bego amat?”

On paper, it looks fun.

Nggak ada salahnya nonton drama percintaan anak muda millenial yang sukses secara karir dan hidupnya dipusingkan oleh cinta-cintaan. Apalagi yang main cakep-cakep semua. Peduli amat kalo tiga pemeran utamanya nggak ada chemistry dan ketika baca narasi emosinya lebih hampa dari iklan Sosis So Nice. Kadang kala kita butuh tontonan yang nggak mikir dan enak aja diliat sambil kita main Twitter atau Instagram.

Kita bisa bahas lebih panjang soal kenapa Antologi Rasa lebih bikin gue ngantuk daripada Antimo, tapi disini gue nggak mau bahas itu (karena gue takut dimarahin Kak Ika Natassa + fans-fansnya).

Nggak. Gue mau bahas tentang adegan yang membuat gue mendesis, “Wait, what?” ketika adegan tersebut terjadi di layar.

Jadi, Keara dan Harris jalan-jalan nonton F1 ke Singapura. Harusnya Ruly ikut tapi karena satu dan lain alasan yang menyangkut dengan Denise, dia nggak bisa ikutan. Jadilah mereka berdua jalan-jalan.

Kemudian suatu hari si Keara mendapatkan telpon dari Ruly yang membuat dia jengah dan muak. Patah hati doski karena dia tahu peluang dia untuk dapetin hati Ruly hampir nggak ada.

Dugemlah dia sama Harris. Joget-joget-joget-joget. Kemudian di tengah kemabukannya dan kebetean hatinya, Keara nyipok si Harris. Harris yang emang cinta sama Keara udah kayak gue ketika ditawarin onde-onde. Langsung disikat.

Scene berikutnya adalah mereka di kamar hotel. Keara bangun-bangun gak pake baju. Dia bingung. Apalagi abis mabuk-mabuk semaleman kan. Pasti agak kondean. Dia nyari-nyari Harris (mereka emang sekamar karena apparently ada kesalahan booking). Kemudian Harris datang. Dan bukannya bingung sama si keadaan Keara yang acak adul dia malah happy-go-lucky dan bawain sarapan.

Kemudian si Keara nampar si Harris. “Kita semalem ngapain?” gitu. Harris yang bingung jawab, “Semalem tuh… semalem tuh…” Yang diakhiri dengan, “Gue sayang lo, Key.”

Keara kemudian pergi marah banget.

Di sini gue dengan begonya masih ngira bahwa si Keara salah paham. Nggak mungkinlah si Harris sebego itu make sahabatnya sendiri pas lagi mabok.

Tapi kemudian kepolosan gue dibantahkan. Setelah Keara dan Harris marahan dan nggak kabaran beberapa saat, Harris nemuin Keara di parkiran.

Di sana Harris bilang yang intinya adalah, “Lo inget nggak cewek yang gue bilang gue taksir. Itu lo, Key.” Ditambah dengan “Kalo ada apa-apa, gue yang tanggung jawab”.

Kemudian Keara bales dengan “Bulan ini gue mens lancar banget”

Dan Keara bilang ke Harris jangan kejar-kejar dia lagi.

Di sini gue mulai pusing.

Keara akhirnya mulai deket sama Ruly gara-gara kerjaan di Bali.

Dan makin deket pas mereka nerusin keseruan mereka di Bali dengan jalan bareng di Jakarta.

Si Ruly bahkan sampe ijin ke Harris buat deketin Keara.

Tapi kemudian tentu saja Denise terjadi sesuatu dan Ruly balik bucin dan Keara patah hati lagi. Dan di sinilah Harris hadir lagi. Dia antar jemput Keara, kasih makanan dan… udah. Yang jelas dia ada setiap kali Keara ngebutuhin dia. Bahkan kalo jadi sopir tok pun si Harris rela.

Tapi Keara masih belum bisa memaafkan. Dan Harris tau itu. Dia akhirnya minta pindah ke Singapura. Di sini si Keara panik. Dan dia akhirnya bilang ke Harris kalo dia kayaknya cinta sama Harris dan plis jangan pergi. Ini nggak fair… Ini nggak fair.

Kemudian Harris ngasih Keara buku yang isinya puisi dan minta Keara untuk…

Eh sori. Salah film.

via GIPHY

Keara kemudian jadian sama Harris. Dan mereka LDR-an Singapura-Jakarta which is nggak diitung LDR karena Singapura-Jakarta basically kayak Bekasi sama Jakarta di hari Jumat jam 6 sore. Dan mereka bahagia selama-lamanya.

Pulang nonton ada yang mengganjal di perut gue. Kayak salah makan. Sepanjang perjalanan gue mikir: “Itu yang dilakuin Harris ke Keara pas di Singapura bukannya itungannya termasuk rape ya?”

Sekarang kita mulai serius nih.

Oke. Rape yang gue maksud emang bukan kayak di Marlina si Pembunuh Empat Babak yang jelas-jelas rape. Rape yang gue maksud di sini adalah rape yang sering dianggap orang lumrah. Yang disetujui sama publik bahwa itu bukan rape.

Silahkan sebut gue sok peduli, sok SJW atau sok woke tapi hubungan seks itu perlu ada consent. Perlu ada kata “Iya, gue mau berhubungan seks sama lo”. Dan persetujuan ini bisa dicabut kapan aja terserah si cewek. Dan para cowok harus setuju dan gak boleh memaksakan kehendak. Kalo tadinya dia mau trus gak mau dan lo maksa, itu termasuk rape. Bingung? Tonton video ini untuk lebih paham:

Kemudian gue mikir lagi, “Oh mungkin di bukunya nggak gitu.”

Mungkin di bukunya ada adegan di bukunya nggak langsung lompat dari diskotik ke kamar hotel keesokan paginya. Mungkin ada adegan dimana mereka di kamar dan Harris nggak mau karena Keara mabuk dan maksain jadi Harris akhirnya maksa.

Di sinilah gue akhirnya memaksakan untuk baca bukunya.

Dan jujur aja, gue makin shock. Karena yang gue takutkan justru lumayan ter-confirm disini.

Di halaman 17 ketika mereka baru sampe di bandara Changi:

             “Ini kan koper lo?” ujarnya (Harris) sambil menurunkan koper medium size hitam dengan luggage tag berwarna merah. “Gila ya, Key, cuma liburan empat hari begini koper lo beratnya udah kayak pindahan.”

             “Iya, gue bawa baseball bat sayu kalo elo macem-macem sama gue ketika kita ada di sini.”

             Dia tertawa. “Oh, come on, babe, you know I won’t try anything on you unless you’re drunk.”

             “Good boy,” aku ikut tertawa. “Shall we?”

             “Get drunk, you mean?”

             “Ya nggak lah, otak lo itu, ya. Ke apartemen maksud gue. Pengen langsung tidur nih.”

             “So, I’m gonna get some action without even getting you drunk first?” godanya.

             Aku tergelak. “Orang gila! Kalau tahu bakal jadi objeck pelecehan elo begini seperti ratusan perempuan-perempuan lo itu, nggak bakalan mau gue ikutan ke sini sendirian.”

             “Tenang, Key, setelah Lebaran kemarin, Harris Risjad ini sudah bersumpah untuk bertobat dan tidak menganggap perempuan sebagai pelampiasan stres lagi.”

Empat paragraf pertama serem banget menurut gue. Meskipun akhirnya dikontra-in dengan lima paragraf berikutnya, tetep aja gue agak mengerutkan jidat. Terutama setelah gue menonton filmnya dan tahu adegan itu terjadi.

Gue terus baca untuk mencari apakah yang gue harapkan terjadi. Bahwa ada adegan yang ngagambarin bahwa emang Keara ngasih consent ke si Harris. Sepanjang itu gue harus endure berapa banyaknya Ika Natassa name dropping tempat-tempat mahal dan baju-baju fancy serta musisi dan pembuat film asyik untuk menunjukkan bahwa dunia di Antologi Rasa ini dipenuhi dengan orang-orang keren Jakarta Selatan.

Dan akhirnya gue sampai di halaman 85. Di sini kita ngebaca bahwa Keara nggak ada memori soal kejadian semalem setelah disko dan nyipok Harris. Kita liat dia udah balik duluan dari Singapura dan si Keara menyesal soal kejadian semalam. Dia bernarasi:

             The whole three fucking days in Singapore that have ruined my very emotional and physical existence.

             Menghapus kejadian tadi pagi. Ketika aku menemukan diriku terbangun dengan kepala seperti baru dilindas truk, terbaring di ranjang Harris (di bukunya kasurnya ada dua instead of satu buah seperti di film). Memunguti pakaianku yang bergeletakan di lantai. Terduduk di ranjang, mencoba mengingat detik demi detik kejadian tadi malam. Dan betapa ingin aku menghancurkan kepala ini ketika Harris masuk, tersenyum lebar, dengan sekantong Toastbox di tangan. Memanggilku “sayang”. Dan semua yang terjadi diantara kami mulai merangkak satu per satu ke dalam ingatanku.

             Semua kata-kata kasar yang akhirnya kulontarkan ke mukanya. Asbak yang kulempar ke arahnya. Setiap tamparan yang kulayangkan ke wajahnya saat dia mencoba memelukku. Keheningan yang ada di antara kami saat akhirnya aku menangis dan dia cuma bisa menatapku.

             You see, Ris, that’s what you should have done. Diam. Menutup mulut lo. Bukannya menghampiri gue, memegang tangan gue, dan mengucapkan kata-kata bangsat itu.

             “Tapi gue sayang elo, Key.”

             Shit, Ris, you fucked me and now you’re fucking with my mind too?

Di sini, menurut tafsiran gue, is so loud and clear kalo si Keara nggak ngasih consent ke Harris untuk eue. Dan jawaban ngeselin Harris “gue sayang lo” nggak hanya bikin kesel si Keara tapi juga bikin gue kesel. “Sayang” bukan alasan lo untuk eue sahabat lo ketika dia lagi mabok.

Kemudian gue lanjut ke halaman 86. Disini Harris bernarasi:

             “[…] Damn, Key, setelah elo mengguncang dunia gue tadi malam, gue masih nggak percaya. Gue masih kesulitan mencerna bahwa akhirnya elo milik gue, Key, di pelukan gue. Celine Dion berduet dengan Seal diiringi tiupan saxophone John Coltrane menggema di kepala gue saat tadi pagi gue terbangun dan elo ada di pelukan gue, Key. Gila, elo ada bersama gue! Gue hanya berharap tadi malam kita lebih sober supaya gue dan elo bisa mengingat detik demi detik gue membuktikan cinta gue ke elo. […]”

Kalimat terakhir “Gila, gue hanya berharap tadi malam kita lebih sober” aja udah geli banget.

Di halaman berikutnya mereka berantem kali ini dari point of view si Harris:

             “Key…”

             Shit, suara gue terputus saat tamparan Keara mendarat di pipi gue. Setelah tadi malam, setelah semuanya yang terjadi di antara gue dan dia.

             “Key, ini…”

             ‘Gila, lo ya! Gila lo! Jelasin ke gue, Ris, kenapa tadi pagi gue ada di ranjang lo!”

             Dia nggak ingat?

             “Key, tadi malam itu kita…”, gue bingung mau menjelaskan bagaimana. Semabuk apa elo, Key, sampai elo nggak bisa mengingat saat elo menatap mata gue, meminta gue mencium elo, dan semua yang kita lakukan setelah itu.

Sekarang ada kejelasan. Tapi dikit.

Bahwa, MUNGKIN si Keara ngasih ijin ke Harris untuk eue meskipun nggak ada verbal, “Iya, buahi aku.”

Tapi tetep aja, menurut gue itu grey area nggak sih?

“Tapi, Can, kan banyak film-film yang serupa? Mabora kemudian eue dan mereka ya udah bahagia-bahgia aja. Sans kali.”

Tapi bukankah ini sudah waktunya untuk kita nggak meromantisasi hal-hal yang termasuk pelecehan-seksual-menuju-ke-rape­ kayak film ini?

Ini lo bilang sans aja karena lo pernah ngerasain atau justru karena lo udah terlalu sering nonton tontonan dengan treatment yang serupa yang akhirnya bikin lo ‘yaudahlah khilaf itu’?

“Tapi, Can, itu kan cuman film?”

Gue nggak mau berlebihan, tapi masih inget nggak sama kasus UGM kemarin? Betapa marahnya kita semua ketika endingnya disuruh damai aja?

Justru menurut gue yang “remeh-remeh” kayak gini jangan dianggap remeh supaya kita bisa bertindak makin serius ketika kejadian yang lebih parah terjadi.

Film Antologi Rasa sebenernya punya kesempatan untuk “memperbaiki” itu dengan menambahkan adegan dimana Keara dan Harris eue dengan adegan yang menggambarkan bahwa hubungan seks mereka dilakukan dengan persetujuan kedua belah pihak. Nggak hanya membuat penonton jadi lebih kasian dan mendukung Harris sebagai love interest Keara tapi juga untuk mengedukasi penonton bahwa eue sebaiknya dilakukan ketika kedua belah pihak sama-sama mau eue. Bukan cuman satu pihak doang. Karena kalo satu pihak doang namanya pelecehan seksual, Kak.

Tapi kalo gue bilang sih paling gampang adalah: jangan eue gebetan lo kalo dia lagi mabok. Apalagi kalo dia sahabat lo. Karena lo nggak tau apa yang akan dia rasakan keesokan paginya.

Lagian, apa enaknya sih eue sambil mabora? Emang enak ya?

Antologi Rasa masih tayang di seluruh bioskop Indonesia.